Home Blog Investasi Renewable Energy dalam Sektor Manufaktur Indonesia | Izin Usaha Investasi Renewable Energy dalam Sektor Manufaktur InCorp Editorial Team 19 Mei 2025 6 minutes reading time Table of Contents Pentingnya Renewable Energy dalam Sektor Manufaktur Bagaimana Renewable Energy Memberikan Manfaat bagi Sektor Manufaktur? Teknologi Renewable Energy untuk Sektor Manufaktur Peluang Investasi Renewable Energy Tantangan dalam Transisi Energi di Industri Manufaktur Kesimpulan Pentingnya investasi renewable energy tidak bisa diabaikan dalam sektor manufaktur. Seiring meningkatnya fokus industri pada keberlanjutan dan solusi energi yang hemat biaya, artikel ini akan membahas mengapa investasi pada renewable energy sangat penting bagi sektor manufaktur. Pentingnya Renewable Energy dalam Sektor Manufaktur Tekanan terus meningkat terhadap standar lingkungan dari negara-negara pengekspor dan perusahaan multinasional, yang mendorong pemerintah Indonesia untuk mempercepat transisi menuju sumber energi yang lebih bersih di sektor manufaktur. Sektor industri Indonesia merupakan pengguna energi terbesar kedua setelah transportasi. Percepatan transisi energi di sektor manufaktur tampaknya akan segera terjadi. Terlebih lagi, Uni Eropa telah menunjukkan niat mereka untuk menerapkan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) kepada mitra negara pengekspor. Hal ini dapat berdampak pada ekspor Indonesia jika pemerintah tidak mempercepat peralihan ke renewable energy di sektor manufaktur. Bagaimana Renewable Energy Memberikan Manfaat bagi Sektor Manufaktur? Pemanfaatan renewable energy dalam proses manufaktur dapat memberikan berbagai keuntungan, antara lain: 1. Mengurangi Emisi Cara paling langsung dan berdampak bagi bisnis untuk mengurangi emisi adalah dengan menggunakan sumber renewable energy ketimbang bahan bakar fosil. Pabrik yang mengoperasikan mesin berat di siang hari dapat mengurangi emisi dari listrik hingga 80%. Dari segi biaya, renewable energy kini semakin bersaing dengan bahan bakar fosil—bahkan dalam beberapa kasus lebih hemat—sehingga menjadi pilihan menarik bagi pabrik yang ingin mengurangi dampak lingkungannya. 2. Mengurangi Emisi Rantai Distribusi Pihak ketiga yang melakukan proses produksi sering berada di lokasi yang jauh, sehingga menghasilkan emisi dari transportasi. Dengan mendorong mitra rantai distribusi untuk beralih ke renewable energy, produsen dapat mengurangi emisi secara keseluruhan dan berkontribusi terhadap upaya melawan perubahan iklim. 3. Menarik Karyawan Karyawan semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari pekerjaan mereka. Survei dari Carbon Trust menunjukkan bahwa hampir setengah dari karyawan mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan mereka jika tahu perusahaannya merusak lingkungan. Perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dipandang lebih dapat dipercaya dan menarik bagi calon karyawan, sehingga mampu menarik talenta terbaik dan mempertahankan karyawan lebih lama. 4. Lebih Unggul dari Kompetitor Lewat Kebijakan ESG Menerapkan kebijakan ESG (Environmental, Social, and Governance) yang komprehensif membantu perusahaan tampil menonjol dibanding pesaing dan meraih kesuksesan jangka panjang. Perusahaan dengan kebijakan ESG yang transparan dianggap etis dan bertanggung jawab secara sosial. Perusahaan ini beralih ke sumber renewable energy seperti angin dan matahari untuk mengatasi isu perubahan iklim, kualitas udara, dan kesehatan masyarakat. 5. Mengelola Kenaikan Harga dan Hemat Biaya Jangka Panjang Mengandalkan energi dari sumber renewable energy skala besar dapat melindungi produsen dari potensi lonjakan harga listrik dan membuat biaya produksi lebih stabil. Stabilitas ini berasal dari harga renewable energy yang lebih konsisten. Seiring perkembangan teknologi, biaya renewable energy menjadi semakin ekonomis, sementara biaya bahan bakar fosil tradisional terus meningkat. READ MORE:Integrasi ESG untuk Industri Ekstraktif Teknologi Renewable Energy untuk Sektor Manufaktur Produsen semakin inovatif dalam mengembangkan metode renewable energy guna meningkatkan daya saing energi bersih di berbagai sektor. Berikut beberapa contoh teknologi renewable energy yang dapat diterapkan di sektor manufaktur: 1. Sistem Termal Surya (Solar Thermal Systems) Sistem termal surya memiliki potensi besar untuk proses pemanasan industri secara global. Meskipun umumnya digunakan untuk kebutuhan suhu rendah, inovasi terbaru telah memungkinkan penggunaannya untuk digunakan hingga suhu 400°C. Industri berskala kecil dan tidak terlalu memakan banyak energi seperti tekstil dan produksi makanan memiliki peluang besar untuk memanfaatkan renewable energy melalui sistem termal surya, baik dari sisi teknis maupun finansial. 2. Elektrifikasi (Electrification) Dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan sangat penting, tetapi ada cara lain untuk meningkatkan kapasitas renewable energy. Pendekatan yang praktis meliputi relokasi industri lebih dekat ke pembangkit renewable energy dan menghasilkan listrik secara langsung di lokasi produksi. Strategi ini diterapkan dalam berbagai bentuk seperti fasilitas hemat energi, pabrik otonom, dan operasional penuh berbasis renewable energy seperti turbin angin dan panel surya. 3. Biomassa Biomassa dapat menggantikan bahan bakar fosil secara efektif, mendukung produksi energi lokal, dan menghasilkan panas dalam berbagai tingkat suhu. Dari sisi ekonomi, biomassa menawarkan keunggulan seperti biaya produksi lebih rendah, konsentrasi energi tinggi, jarak transportasi yang lebih pendek, serta fleksibilitas metode pengangkutan. Peluang Investasi Renewable Energy Permintaan terhadap renewable energy yang terus meningkat membuka peluang investasi bisnis. Beberapa di antaranya meliputi: 1. Elektrifikasi Indonesia memiliki peluang besar untuk berperan dalam transisi global ke renewable energy berkat cadangan nikel terbesar di dunia (21 juta ton). Nikel sangat penting dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV) dan berbagai instalasi panel surya. Indonesia memanfaatkan kekayaan sumber daya ini, termasuk mineral ramah lingkungan lainnya seperti tembaga dan bauksit, untuk menarik investasi di sektor manufaktur. 2. Industri Intensif Energi Industri seperti baja dan semen dapat beralih ke bahan konstruksi ramah lingkungan dengan dukungan renewable energy. Kendaraan listrik, misalnya, dapat memangkas jejak karbon hingga 70% jika menggunakan listrik dari sumber renewable energy, dibandingkan hanya 10–20% jika dari batu bara. Peluang juga muncul di sektor perangkat lunak seperti manajemen energi, perdagangan energi, dan manajemen aset. Sektor keuangan juga akan diuntungkan jika kebijakan mendukung lingkungan untuk green financing yang stabil. 3. Membuat Renewable Energy Lebih Terpercaya Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki jaringan listrik yang terfragmentasi serta banyak wilayah off-grid. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk menghadirkan teknologi efisien dalam produksi, penyimpanan, dan transmisi energi. Teknologi transmisi yang efisien sangat penting untuk implementasi energi bersih. Karena sumber energi seperti surya dan angin bersifat tersebar, perusahaan bisa memberikan solusi dengan membentuk jaringan yang fleksibel dan praktis. Pendekatan ini dapat meminimalkan kehilangan energi serta membuka peluang model bisnis baru di masa depan. READ MORE:Peluang Investasi Ekosistem Kendaraan Listrik di IndonesiaLebih Banyak Dukungan Pemerintah untuk Industril Mobil Listik di Indonesia Tantangan dalam Transisi Energi di Industri Manufaktur Transisi energi di sektor manufaktur menghadapi berbagai hambatan yang perlu diatasi agar berjalan efektif. Berikut adalah beberapa tantangan utamanya: 1. Infrastruktur Infrastruktur yang belum memadai, termasuk tingginya emisi dari jaringan listrik dan keterbatasan dalam transmisi gas alam serta pengelolaan limbah, menjadi hambatan besar dalam penerapan energi bersih. 2. Kesiapan Teknologi Biaya yang tinggi membuat teknologi hemat energi sulit diadopsi dibandingkan dengan pilihan tradisional. Selain itu, belum adanya standar seperti Minimum Energy Performance Standards (MEPS) dan Conservation Labelling (CL) untuk motor industri memperparah tantangan ini. 3. Kesenjangan Keterampilan Kurangnya tenaga kerja terampil disebabkan oleh pendidikan yang belum memadai serta minimnya kolaborasi antara universitas, industri, pemerintah, dan pengguna. 4. Komitmen Pemerintah Fokus utama pemerintah dalam tanggung jawab lingkungan masih tertuju pada sektor pembangkit listrik. Hal ini membuat sektor manufaktur kekurangan tujuan yang jelas untuk pengurangan emisi. 5. Keterbatasan Institusional Keterlibatan pemerintah yang minim dalam memberikan dukungan teknis, advokasi, dan insentif menyebabkan lemahnya kelembagaan. Metode insentif yang belum jelas serta praktik ilegal juga merusak kepercayaan terhadap prosedur regulasi. Kesimpulan Dengan meningkatnya fokus pada penerapan renewable energy, sektor manufaktur perlu mempercepat upaya transisi energinya. InCorp Indonesia siap membantu melalui layanan konsultasi ESG dan perizinan usaha bagi perusahaan industri manufaktur yang ingin unggul dari pesaing dan membangun kepercayaan pelanggan melalui penerapan praktik bisnis ramah lingkungan. Read Full Bio Daris Salam COO Indonesia at InCorp Indonesia With more than 10 years of expertise in accounting and finance, Daris Salam dedicates his knowledge to consistently improving the performance of InCorp Indonesia and maintaining clients and partnerships.