cara berinvestasi di Indonesia

Pahami Cara Berinvestasi di Indonesia dan Risiko Investasi

  • InCorp Editorial Team
  • 28 Agustus 2024
  • 11 minute reading time

Indonesia adalah tujuan menarik bagi investor yang ingin berinvestasi di Indonesia, karena pasar yang stabil, biaya tenaga kerja rendah, dan ketersediaan bahan baku.

Banyak investor berinvestasi di Indonesia, memanfaatkan biaya tenaga kerja dan bahan baku yang murah, serta bermitra dengan distributor lokal, meski keputusan strategis sering dibuat di luar negeri.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan demografi yang menguntungkan, Indonesia menjadi kawasan dengan peluang investasi besar di Asia.

Model bisnis kini berfokus pada investasi padat modal, termasuk usaha patungan dengan perwakilan lokal untuk keputusan bisnis strategis dalam berbagai industri.

Baca juga: Investasi Jangka Pendek: Semua yang Perlu Kamu Ketahui

Pengertian Apa Itu Berinvestasi di Indonesia

Investasi secara umum adalah tindakan menanamkan sejumlah dana atau modal dalam berbagai aset atau instrumen keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Investasi dapat dilakukan dalam bentuk fisik, seperti properti dan emas, atau dalam bentuk keuangan, seperti saham dan obligasi.

Tujuan utama dari investasi adalah untuk mencapai pertumbuhan kekayaan atau pendapatan pasif, yang dapat mendukung stabilitas ekonomi individu atau negara.

Indonesia dianggap sebagai “negara berikutnya yang memiliki kesempatan besar di Asia,” karena ekonomi yang tumbuh cepat (naik 6,2% dari tahun lalu, diperkirakan tumbuh 6,8% pada 2013) dan demografi yang menguntungkan.

Lebih dari 60 persen dari populasi berusia antara 20-65, yang memberikan negara sebuah tempat besar untuk tenaga kerja muda yang tidak terlalu banyak orang yang sudah lanjut usia untuk bekerja.

Jenis-Jenis Investasi di Indonesia

Investasi di Indonesia terus berkembang, memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan dana dalam berbagai sektor ekonomi.

1. Logam Mulia atau Emas

Logam mulia, terutama emas, menjadi pilihan populer di kalangan investor. Emas dikenal memiliki stabilitas nilai, menjadikannya sebagai instrumen investasi yang aman dalam menghadapi dinamika perekonomian global.

Bank Indonesia dan pemerintah Indonesia mendukung investasi emas melalui regulasi yang memastikan kemudahan berinvestasi bagi masyarakat.

Emas dapat menjadi tujuan investasi jangka panjang yang potensial dengan risiko yang relatif rendah.

2. Properti

Investasi properti di Indonesia terus menunjukkan prospek yang positif. Properti, seperti perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, memberikan keuntungan dalam bentuk kenaikan nilai dan pendapatan pasif.

Pemerintah Indonesia melalui BKPM dan Kementerian Investasi mendorong pertumbuhan sektor ini dengan reformasi struktural dan kemudahan berusaha.

Properti memiliki potensi besar dalam mendukung pembangunan proyek infrastruktur di kawasan strategis seperti Mandalika dan Labuan Bajo.

3. Deposito

Deposito merupakan pilihan investasi yang aman dengan risiko minimal. Produk ini ditawarkan oleh bank-bank di Indonesia, memberikan bunga tetap selama periode tertentu.

Deposito sangat cocok untuk investor yang mengutamakan keamanan dana dengan tujuan investasi jangka pendek atau menengah. 

Dengan stabilitas ekonomi Indonesia yang terus meningkat, deposito menjadi opsi menarik bagi kalangan investor yang ingin memanfaatkan peluang investasi terbuka dengan risiko rendah.

4. Saham

Investasi saham menawarkan peluang keuntungan yang tinggi, namun dengan potensi risiko yang juga besar. Saham memungkinkan investor untuk berpartisipasi langsung dalam pertumbuhan perusahaan dan ekonomi Indonesia.

Pemerintah dan otoritas keuangan terus mengembangkan sistem online single submission (OSS) untuk kemudahan berinvestasi dan meningkatkan kepercayaan investor.

Saham menjadi salah satu pilar utama dalam portofolio investasi yang berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang.

5. Reksa Dana

Reksa dana adalah produk investasi yang mengumpulkan dana dari banyak investor untuk diinvestasikan dalam berbagai instrumen keuangan, termasuk saham, obligasi, dan pasar uang.

Dengan adanya manajer investasi yang profesional, reksa dana menawarkan kemudahan bagi investor pemula yang ingin diversifikasi investasi tanpa harus memiliki pengetahuan mendalam tentang pasar.

Prospek ekonomi Indonesia yang positif menjadikan reksa dana sebagai pilihan investasi yang menarik dengan potensi dan risiko yang seimbang.

6. Obligasi Pemerintah

Pemahaman tentang Obligasi pemerintah yaitu instrumen investasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia untuk membiayai proyek pembangunan. Obligasi ini menawarkan bunga tetap dan keamanan yang tinggi, karena didukung oleh stabilitas ekonomi Indonesia dan kepercayaan investor.

Dengan dana yang terkumpul, pemerintah dapat mendukung berbagai proyek infrastruktur, termasuk di sektor pariwisata dan kawasan industri, seperti Danau Toba dan Borobudur.

Obligasi pemerintah menjadi pilihan yang solid bagi investor yang mencari pendapatan tetap dengan risiko rendah.

Bidang Investasi di Indonesia

Investasi di Indonesia mencakup berbagai sektor yang menawarkan peluang besar, didukung oleh potensi sumber daya alam dan kebijakan pemerintah.

Sektor Minyak dan Gas

Indonesia memiliki sekitar 87,22 miliar barel minyak dan 594,43 TSCF gas, menjadikannya sebagai tujuan investasi menarik di sektor migas.

Dengan potensi geologis besar dan rencana pemerintah untuk mempertahankan produksi minyak di level 1 juta barrel per hari, sektor hulu migas menawarkan peluang investasi yang signifikan.

Rasio keberhasilan eksplorasi mencapai 38%, dengan eksplorasi baru (wild cats) memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 10%. Lokasi potensial meliputi lepas pantai Sulawesi, Nusa Tenggara, Halmahera, Maluku, dan Papua.

Sektor Non-Minyak dan Gas

Pertumbuhan investasi di sektor non-minyak didorong oleh sektor manufaktur, yang unggul dibandingkan perkebunan, pertambangan, dan jasa. Investasi manufaktur diperkirakan mencapai Rp 225 triliun, atau 50% dari total investasi Rp 450 triliun.

Fokus utama saat ini adalah pada industri padat modal seperti otomotif, baja, dan bahan kimia, dibandingkan dengan industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki.

Larangan ekspor mineral mentah diperkirakan akan meningkatkan investasi di sektor manufaktur. Dengan semakin banyak pemasok yang mendukung sektor ini, prospek investasi dalam industri padat modal semakin cerah.

Properti

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia memerlukan perkembangan pesat dalam penyediaan tempat tinggal, kerja, dan hiburan.

Hal ini membuka peluang besar untuk pengembangan properti, yang telah menunjukkan pertumbuhan signifikan dan dianggap sebagai investasi menjanjikan.

Indeks harga properti residensial di 14 kota besar Indonesia meningkat 7,88% pada akhir Q2 2014. Meski kepemilikan properti asing tidak diperbolehkan, orang asing dapat mempertimbangkan opsi seperti membeli properti melalui PMA, PT Lokal, atau membeli perusahaan di Indonesia.

Transportasi

Sektor transportasi di Indonesia menawarkan peluang investasi asing yang menjanjikan. Dengan Indonesia menjadi pengguna mobile phone terbanyak di dunia, permintaan transportasi masih tinggi, namun ketersediaan masih terbatas.

Peluang investasi mencakup transportasi darat seperti kereta api, bus, dan MRT, serta sektor penerbangan. Sektor penerbangan khususnya menarik karena pertumbuhan pesat dan kompetisi yang minim, ditambah lagi dengan potensi eksplorasi di negara kepulauan ini.

Internet and Telekomunikasi

Perkembangan pesat teknologi telekomunikasi dan internet di Indonesia telah membuat masyarakat sangat bergantung pada sektor ini.

Meski begitu, infrastruktur internet dan telekomunikasi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, sehingga memerlukan investasi besar untuk perbaikan.

Meskipun belum ada perusahaan internet besar yang berasal dari Indonesia, perubahan mulai terjadi.

Misalnya, investasi besar-besaran dari SoftBank Jepang dan Sequoia Capital India sebesar $100 juta di Tokopedia setelah pelantikan Presiden Joko Widodo, yang berjanji untuk menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia.

Sektor Energi Terbarukan

Indonesia, salah satu konsumen energi terbesar di dunia, kini menjadi emitor gas rumah kaca terbesar di Asia. Ketergantungan pada pembangkit konvensional menyebabkan krisis energi, terutama di wilayah terpencil.

Potensi energi terbarukan seperti panel surya dan kincir angin membuka peluang investasi besar untuk mengatasi krisis energi Indonesia di masa depan.

Sektor Medis

Indonesia terus meningkatkan sektor kesehatan dengan memperbaiki infrastruktur, membuka peluang investasi di Indonesia, terutama di industri peralatan medis.

Dengan lebih dari 222 produsen peralatan medis, 90% di antaranya adalah UKM, peluang investasi di kawasan ini semakin menjanjikan.

Pemerintah dan Departemen Kesehatan mendorong kerjasama antar negara dan bisnis untuk mendukung pertumbuhan sektor ini.

Investor asing diundang untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya dalam pengembangan infrastruktur dan produk peralatan medis, sebagai pusat peluang penanaman modal.

Industri Farmasi

Pasar farmasi Indonesia tumbuh lebih cepat dibandingkan negara ASEAN lainnya, didorong oleh pertumbuhan penduduk usia 65 tahun ke atas dan Jaminan Sosial.

Saat ini, terdapat sekitar 208 perusahaan farmasi di Indonesia, menjadikannya kawasan yang menarik untuk berinvestasi.

Investasi di Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai 300 triliun, dengan peluang investasi yang tetap menjanjikan.

Penjualan industri farmasi nasional bisa mencapai US $4,9 miliar, di mana perusahaan multinasional menyumbang sekitar 23-24%.

Indonesia memiliki potensi pasar sebesar 243,7 juta orang, dengan pengeluaran kesehatan per kapita US $108 dan impor peralatan medis mencapai US $748 juta per tahun.

Industri Makanan 

Prospek untuk industri makanan dan minuman, serta perdagangan ritel, tampaknya sulit karena tren berubah gaya hidup dan kelompok usia produktif, serta kelas menengah, meningkat seperti pendapatan rata-rata.

Akhirnya, industri media iklan masih melebar tipis, karena didukung oleh pendapatan iklan tambahan dari pemilu.

Memperhatikan atas gambaran, investor diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam negosiasi arah pergerakan pasar saham.

Untuk itu, investor harus tetap fokus pada saham-saham prospektif industri mereka untuk investasi jangka panjang dan tidak mudah terombang-ambing oleh gejolak jangka pendek.

Baca juga: Jenis-Jenis Usaha dari Berbagai Bidang Usaha di Indonesia

Risiko Berinvestasi di Indonesia

Selain memegang potensi investasi yang besar, Indonesia juga memiliki risiko investasi yang perlu diperhitungkan untuk calon investor, termasuk:

1. Demonstrasi

Demonstrasi, yang merupakan ciri dari masyarakat yang demokratis, berlangsung setiap hari di Indonesia, meskipun mereka biasanya dalam skala kecil. Protes fokus pada berbagai, masalah ekonomi politik dan isu-isu sosial.

2. Korupsi

Korupsi di Indonesia belum membaik secara signifikan pada Indeks Korupsi tahunan, yang menunjukkan tingkat korupsi di negara-negara dunia.

Indonesia nomor 118 dari total 176 negara, namun kinerjanya memiliki menunjukkan peningkatan yang stabil sejak awal tahun 2004.

3. Pemerintah dan Birokrasi

Pemerintah Indonesia dan sistem Birokrasi masih dianggap sebagai sistem yang paling rumit di antara negara-negara lain.

Hal ini sangat mungkin bagi investor untuk menghadapi beberapa rintangan dan hambatan dalam melakukan bisnis dan berinvestasi di Indonesia.

Proses investasi penting seperti pendaftaran Perusahaan, ijin kerja, masih menghadapi banyak kesulitan dan jauh dari kemudahan. 

Dan karena pemerintah baru menerapkan aturan ketat untuk investasi sehingga tidak membuat situasi menjadi lebih baik.

Namun pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah membuat komitmen untuk mereformasi birokrasi mereka untuk memudahkan aliran investasi dan proses inventasi.

4. Infrastruktur

Kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur di Indonesia dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah menyadari pentingnya investasi besar di daerah ini seperti pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dll, tapi sampai sekarang belum maksimal, sehingga mengurangi daya tarik investasi.

5. Bencana Alam

Bencana alam di Indonesia seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan banjir sering menjadi berita utama di media Indonesia dan menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

Lokasi Indonesia adalah di Cincin Api Pasifik dan wilayah geografis yang sebagian besar terdiri dari air laut. Kedua alasan ini membuat Indonesia rentan terhadap bencana alam.

6. Risiko nilai tukar stabil menyebabkan inflasi

Inflasi di awal 2014 melonjak 1,07% karena inflasi makanan dan nilai tukar yang lemah, yang saat ini telah mencapai lebih dari 12.000 / US $. Jika nilai rupiah tidak stabil, maka biaya produksi akan sulit untuk diprediksi dan harga jual produk di pasar kurang kompetitif.

Ketika dolar cenderung melemah, biaya produksi akan lebih besar dan mengakibatkan kerugian bagi investor yang berinvestasi di industri manufaktur.

Kami menyarankan investor mencari distributor Indonesia sebagai mitra bagi perusahaan asing untuk membangun kerjasama bisnis di Indonesia.

7. Risiko perubahan likuiditas global

Risiko perlambatan ekonomi 2014 harus diwaspadai, meski indikator ekonomi Indonesia tetap baik. Perubahan likuiditas global akibat pengetatan stimulus The Fed memengaruhi perekonomian.

The Fed mengurangi stimulus sebesar US$ 85 miliar per bulan untuk mengurangi jumlah uang beredar, berbeda dari krisis sebelumnya.

Indonesia perlu siap menghadapi perubahan likuiditas global, serta risiko harga minyak, pangan, dan politik dalam negeri.

Baca juga: Segala yang perlu Anda Ketahui Tentang Penasihat Investasi di Indonesia

Regulasi Berinvestasi di Indonesia

Indonesia memiliki sejumlah regulasi yang dirancang untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik bagi investor, baik domestik maupun asing.

Regulasi-regulasi ini bertujuan untuk memberikan kemudahan berinvestasi, melindungi hak-hak investor, dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Berikut adalah beberapa poin penting terkait regulasi berinvestasi di Indonesia:

1. Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA)

Undang-undang ini mengatur tentang investasi yang dilakukan oleh investor asing di Indonesia. PMA memberikan jaminan perlindungan hukum bagi investor asing serta hak untuk mengalihkan keuntungan ke luar negeri.

2. Sistem Online Single Submission (OSS)

OSS merupakan sistem perizinan berusaha yang terintegrasi secara online, mempermudah proses pendaftaran dan pengurusan izin usaha bagi investor. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam proses perizinan.

3. Pembatasan Sektor Investasi

Pemerintah Indonesia menetapkan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang mengatur sektor-sektor tertentu yang tertutup bagi investasi asing atau dibatasi persentase kepemilikannya.

Hal ini dilakukan untuk melindungi sektor strategis dan kepentingan nasional.

4. Insentif Pajak

Pemerintah memberikan berbagai insentif pajak bagi investor yang berinvestasi di sektor-sektor prioritas, seperti pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan (tax holiday) dan pembebasan bea masuk untuk impor barang modal.

5. Perlindungan dan Penyelesaian Sengketa Investasi

Indonesia memiliki mekanisme penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase nasional dan internasional.

Perlindungan hukum bagi investor juga diatur dalam perjanjian bilateral dan multilateral yang ditandatangani Indonesia.

6. Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bertanggung jawab atas pengawasan dan promosi investasi di Indonesia.

BKPM bekerja sama dengan Kementerian Investasi dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di daerah untuk memfasilitasi investor.

Konsultasi bersama InCorp untuk Memulai Berinvestasi di Indonesia

InCorp Indonesia adalah mitra terpercaya yang siap membantu Anda memulai investasi di Indonesia dengan mudah dan aman.

Dengan pengalaman luas dalam membantu investor lokal dan asing, InCorp menyediakan layanan konsultasi yang mendalam untuk memastikan setiap langkah investasi Anda berjalan lancar. 

Dapatkan panduan komprehensif, mulai dari registrasi perusahaan hingga kepatuhan hukum, untuk mencapai tujuan investasi Anda. Segera mulai perjalanan investasi Anda dengan InCorp Indonesia.

Pandu Biasramadhan

Senior Consulting Manager at InCorp Indonesia

An expert for more than 10 years, Pandu Biasramadhan, has an extensive background in providing top-quality and comprehensive business solutions for enterprises in Indonesia and managing regional partnership channels across Southeast Asia.

Get in touch with us.

Lead Form

Frequent Asked Questions

Dengan memanfaatkan layanan Analisis Riset Pasar dari InCorp, Anda akan mendapatkan informasi mendalam terkait potensi ekonomi dari tiap-tiap daerah di Indonesia, regulasi pemerintah mengenai sektor bisnis tertentu, produk yang sesuai untuk pasar tertentu, dan informasi penting lainnya.

Ya. Tanpa dokumen tersebut bisnis anda tidak diperkenankan untuk menerbitkan izin kerja bagi pekerja asing. Izin usaha permanen ini juga merupakan persyaratan utama untuk mendapatkan berbagai jenis izin usaha dan izin impor lainnya.

Secara umum ada dua jenis, yakni izin usaha utama, dan izin utama non-utama. Izin usaha utama biasanya berlaku untuk berbagai macam industri, seperti izin usaha umum dan izin usaha industrial. Sementara izin usaha non utama bersifat tambahan dan sangat tergantung dengan aktivitas bisnis yang dijalankan. Izin usaha untuk operasional dan komersial adalah salah satu jenis dari izin usaha non-utama.

Regulasi di Indonesia membagi dengan jelas badan usaha yang dimiliki orang asing (PT PMA) dan badan usaha yang dimiliki pengusaha dalam negeri (Local PT). Secara umum, badan usaha milik orang asing memiliki keterbatasan jika dibandingkan dengan perusahaan lokal. Akan tetapi, untuk menghimpun investasi asing lebih banyak, pemerintah Republik Indonesia melakukan langkah-langkan berani untuk meningkatkan kemudahan berusaha dengan cara menyederhanakan regulasi serta menawarkan insentif-insentif khusus bagi pengusaha asing yang ingin berbisnis di Indonesia.

Ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan para pelaku usaha, pertama, jenis badan usaha; modal yang dipersyaratkan; dan aturan hukum yang berlaku.